“Jika
pada tahun-tahun sebelumnya tanaman berbuah sarat, kini buahnya jarang-jarang”’
kata Gabriel Pati, salah satu petani mente yang ditemui di Desa Watobaya,
Kecamatan Adonara Barat. Ia menambahkan, buah mente pada cabangnya terlihat
berjauhan satu sama lain, pertanda tak menghasilkan dengan baik.
Tiupan
angin yang melanda tandan bunga dan juga siraman hujan pada putik
diduga petani sebagai penyebab gagalnya proses pembuahan. Tampak tandan bunga
tanaman ini mengering dan tak lagi menghasilkan. Produksi pun menjadi berkurang
lebih dari setengah dibandingkan tahun lalu. Padahal, rilis terbaru BPS Flotim
menyebut kecamatan ini sebagai kecamatan dengan produksi biji mente terbesar di
pulau Adonara.
Sementara
itu, produksi tanaman industri lain pun tampak merana. Tanaman kakao sejak
empat tahun silam telah terserang hama pengisap buah (helopeltis sp) dan
penggerek buah (conopomorpha cramelia). Ama Nuen Bani Tulit, seorang petani
yang ditemui di Honihama pada Minggu (26/8) lalu mengatakan, tanaman kakao pada
lahannya di Desa Kiwangona pun ikut digerogoti oleh hama ini. Hingga kini,
pemerintah yang menyatakan siap membantu ternyata belum bisa mengatasi persoalan
ini. (Teks: Simpet)